Oleh: A. Malik AS Saudaraku, ….. Bagi orang yang beriman, menang atau kalah dalam bertanding, terserah kepada Allah. Yang peting u...
Oleh: A. Malik AS
Saudaraku, …..
Bagi orang yang beriman, menang atau kalah dalam
bertanding, terserah kepada Allah. Yang peting usaha untuk menuju kemenangan
itu sudah diusahakan semaksimal mungkin. Sebab perintah untuk meraih kemenangan
bersifat wajib. Demikian pula, misi Rasulullah dengan membawa hidayah
(al-Qur’an) dimaksudkan agar tampil menang terhadap semua agama dan idiologi
(QS. 48; 28).
Sebagai Rasul terakhir, Nabi
Muhammad saw., selalu konsisten mengikuti jejak pendahulunya seperti Nabi Musa
Alaihissalam dalam kemantapan aqidah melawan orang-orang musyrik. Disitu Nabi
Musa sadar benar tentang peranannya saat menghadapi kekuatan Fir’aun, bahwa
mereka tidak boleh diremehkan. Mereka cukup tangguh dan penuh keyakinan saat
memperagakan kekuatan sihir untuk mempermalukan Nabi Musa dihadapan ummatnya.
Nabi Musa sebagai seorang
mu’min sangat memahami bahwa dalam perjuangannya melawan Fir’aun, Ia membawa
dan mengatasnamakan Allah. Nama Allah dipertaruhkannya dalam perjuangan itu.
(QS. 7; 105). Maka dengan penuh keyakinan (aqidah) yang mantap tukang
sihir-tukang sihir itu dapat segera dikalahkan.
Pertunjukan yang digambarkan
dalam al-Qur’an ini, menampilkan
pertarungan antara kebenaran dan kebatilan. Dan dua kekuatan inilah yang akan
selalu bertarung tanpa pernah kompromi sepanjang jaman.
Saudaraku,…..
Demikian pula dengan Rasul
terakhir, Nabi Muhammad saw. Beliau konsisten dalam berjuang demi “tegaknya
kalam Allah” (li I’laa-I kalimatillah).
Dengan mu’jizatnya berupa
al-Qur’an, Rasulullah berupaya agar al-Qur’an itu menjadi penawar tunggal di
kehidupan ummatnya.
Hal itu ternyata memang
terbukti. Disaat ummat islam beriman dan teguh keyakinannya kepada ajaran
al-Qur’an, mereka akan selalu dihormati dan disegani lawan. Mereka (musuh-musuh
Islam) di jaman Nabi tak berani melecehkannya, karena dalam kenyataannya ummat
Islam memang unggul dan berprestasi.
Sedangkan mutu rata-rata ummat
Islam sejak abad XIII hingga kini merosot ke derajat hina. Kemerosotan itu
seirama dengan kemerosotan keyakinan ummat Islam terhadap ajaran kitab sucinya.
Keyakinan memanglah amat
berpengaruh dalam kehidupan. Oleh karena itu masalah keyakinan (aqidah)
merupakan hal yang diutamakan. Sebagaimana yang dilakukan Nabi Musa yang yakin
benar bahwa tongkat ditangannya adalah mu’jizat yang memiliki kekuatan yang
bias menolong. Dan seandainya saat itu Nabi Musa ragu-ragu, niscaya tongkat
yang ada ditangan tak akan memberinya manfaat sedikitpun.
Wallahu a’lam bi-al-shawaab.
COMMENTS